I. PENDAHULUAN
Kemajuan jaman menuntut perawat
sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme
perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah
satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut
adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi
perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien
sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996
dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa model PKP terdiri dari nilai-nilai
profesional yang merupakan inti dari model PKP, hubungan antar profesional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan dan sistem kempensasi dan penghargaan
Praktek keperawatan profesional
diawali dengan adanya kerjasama antara Fakultas Ilmu Keperawatan UI dengan
RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS Marzoeki Mahdi Bogor, dengan mengembangkan
MPKP yang bertujuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan system
pemberian asuhan baik struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang diyakini
dalam memberikan asuhan keperawatan. Melalui model ini dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara
pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MPKP dapat digunakan sebagai
tempat belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional.
II. PENGERTIAN MODEL PELAYANAN
KEPERAWATAN PROFESIONAL
Model Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang
diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi
kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam
mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien. Model PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai
profesional yang merupakan inti dari model MKP, hubungan antar
profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama
dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompensasi dan penghargaan
(Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).
Pengembangan model PKP merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan kontribusi
profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan/asuhan keperawatan.
Melalui pengembangan model PKP, masyarakat dapat melihat secara konkrit
pemberian pelayanan keperawatan secara profesional.
Hasil penerapan model PKP di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang telah
dilaksanakan sejak tahun 1997 berdasarkan SK direktur Nomor:
2093/TU.K/34/VII1996, pada tahun pertama tahap persiapan, menunjukkan adanya
kerjasama yang baik antara dokter dan perawat, persepsi perawat primer
menunjukkan adanya kerjasama otonomi dalam memberikan asuhan keperawatan,
persepsi perawat asosiet menujukkan bahwa mereka mengetahui tugas lebih
jelas dan adanya peningkatan dalam
keinginan untuk belajar. Pasien juga mengatakan lebih diperhatikan oleh
perawat, adanya kegiatan-kegiatan riset dalam keperawatan pada tingkat ruang
rawat (Sitorus,R, 2006).
III. JENIS MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL
Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP
dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu
model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP).
Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
A. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat
berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi
untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
B. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu
tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang
asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat
primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
C. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode
tim disebut tim primer
D. Model Praktek Keperawatan Profesional
Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
(MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
IV.
NILAI PRAKTEK KEPERAWATAN
MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan
nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP
adalah:
A. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
B. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
C. Hubungan Profesional ( professional relationship)
D. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
A.
PENDEKATAN MANAJEMEN ( MANAGEMENT APPROACH )
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen
keperawatan ) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam
mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen yang
digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang MPKP meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta pengendalian.
- Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang
apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan.
Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan
perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala
ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun
oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi
masing-masing. Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan
bulanan.
Tabel 1
Kegiatan perencanaan diruang rawat
No
|
Jenis Perencanaan
|
Penanggung jawab
|
1.
|
Rencana Harian
|
Kepala ruangan, ketua tim/perawat primer, perawat asosiet/perawat
pelaksana
|
2.
|
Rencana Mingguan
|
Kepala ruangan, ketua tim/perawat primer
|
3.
|
Rencana Bulanan
|
Kepala ruangan
|
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap
shift oleh perawat asosiet/perawat
pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana
Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang
ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
shift dinasnya.
Tabel 2
Rencana kegiatan harian perawat assosiet/perawat pelaksana
Nama perawat : Ruangan : Tanggal :
Nama Pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
WAKTU
|
KEGIATAN
|
KET
|
||
07.30
|
13.30
|
20.30
|
Operan
Pre Conference (jika 1 tim > 1 orang )
Memberi obat pasien ( pasien sendiri )
|
|
08.00
|
15.00
|
22.00
|
Pasien 1
:....................................... ( tindakan )
Pasien 2 :.......................................
( tindakan )
Pasien 3
:....................................... ( tindakan )
|
|
09.00
|
16.00
|
23.00
|
Pasien 4
:....................................... ( tindakan )
Pasien 5
:....................................... ( tindakan )
Pasien 6 :.......................................
( tindakan )
|
|
10.00
|
17.00
|
24.00
|
Mengukur Tanda-tanda Vital
Pasien 1
:....................................... ( tindakan )
Pasien 2
:....................................... ( tindakan )
Pasien 3
:....................................... ( tindakan )
|
|
11.00
|
18.00
|
06.00
|
Pasien 4
:....................................... ( tindakan )
Pasien 5
:....................................... ( tindakan )
Pasien 6
:....................................... ( tindakan )
|
|
12.00
|
19.00
|
07.00
|
Memberi obat pasien ( pasien sendiri )
Istirahat
|
|
13.00
|
20.00
|
|
Dokumentasi keperawatan
|
|
14.00
|
21.00
|
08.00
|
Operan
Post
conference ( jika 1 tim > 1 orang )
|
|
Rencana kegiatan
harian Perawat Pelaksana/Assosiet ( PP/PA ) pada shift sore dan malam agak
berbeda jika hanya 1 (satu) orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan
berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
2)
Rencana harian ketua tim
Isi rencana
harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di
timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara
langsung dan tidak langsung, serta on the
job trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi,
karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan
merencanakan kegiatan sore dan malam.
Tabel 3
Rencana Harian Ketua Tim / Perawat Primer
Nama perawat : Ruangan : Tanggal :
Nama Pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
WAKTU
|
KEGIATAN
|
KET
|
07.30
|
Operan
Pre Conference
Memberi obat
pasien ( pasien sendiri )
|
|
08.00
|
Pasien 1
:................................................ ( tindakan )
Pasien 2
:................................................ ( tindakan )
Pasien 3
:................................................ ( tindakan )
|
|
09.00
|
Supervisi
perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan kebutuhan )
Perawat 1 :
................................................. ( nama )
...............................................................
( tindakan )
Perawat 2 :
................................................. ( nama )
...............................................................
( tindakan )
|
|
10.00
|
Mengukur
Tanda-tanda Vital
Pasien 1
:..................................................................
Pasien 2
:..................................................................
|
|
11.00
|
Pasien 1
:................................................ ( tindakan )
Pasien 2
:................................................ ( tindakan )
|
|
12.00
|
Memberi obat
pasien ( pasien sendiri )
Istirahat
|
|
13.00
|
Dokumentasi dan
supervisi pendokumentasian yang dibuat perawat pelaksana
|
|
14.00
|
Operan
|
|
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan
harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang
ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai
hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab tersebut.
Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber
utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua
tim di ruangan.
Tabel 4
Rencana Harian Kepala Ruangan
Nama perawat : Ruangan : Tanggal
:
Jumlah Perawat : Jumlah Pasien :
WAKTU
|
KEGIATAN
|
KET
|
07.30
|
Operan
Pre Conference
Mengecek SDM,
fasilitas, pasien
|
|
08.00
|
Mengecek kebutuhan pasien ( pemeriksaan,
kondisi, dll.)
|
|
09.00
|
Melakukan
interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
|
|
10.00
|
Melakukan
supervisi kepada ketua tim
Ketua tim I :
.................................................. ( Nama )
.......................................................................
( Tindakan )
Ketua tim II :
................................................ ( Nama
)
......................................................................
( Tindakan )
|
|
11.00
|
Melakukan
supervisi kepada perawat pelaksana
Perawat 1
:.......................................... ( Nama, Tindakan )
Perawat 2
:........................................... (Nama, Tindakan )
|
|
12.00
|
Hubungan dengan
bagian lain terkait
Rapat-rapat
terstruktur/insidentil
|
|
13.00
|
Mengecek ulang
keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi
Memepersiapkan
dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam dan besok
sesuai tingkat ketergantungan pasien
Istirahat
|
|
14.00
|
Operan
Post conference
|
|
b. Rencana Bulanan
Ketua tim dan
kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan
keperawatan dan pelayanan keperawatan.
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir
bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP
dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi
perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian
yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Table 5
Rekapitulasi Rencana Harian Perawat
Ruang : ............................................. Bulan : .............................................
No
|
Perawat
|
Jumlah
|
Yang Membuat Rencana Harian
|
%
|
Yang Tidak Membuat Rencana Harian
|
%
|
1
|
Kepala Ruangan
|
|
|
|
|
|
2
|
Ketua Tim
|
|
|
|
|
|
3
|
Perawat Pelaksana
|
|
|
|
|
|
Rencana Tindak Lanjut :
|
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua im melakukan evaluasi
tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan
kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak
lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan
evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.
2. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan
pendekatan sistem/metode penugasan tim dan SDM perawat diorganisasikan dengan
menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang
dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan.
Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang,
untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
1) Struktur Organisasi
Bagan 1
Struktur Organisasi Ruangan......
2) Daftar Dinas Ruangan disusun berdasarkan tim
Tabel 6
Jadwal Dinas Ruangan.......
No
|
Nama
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
Minggu
|
1.
|
Harti (Kalak)
|
P
|
|
|
|
|
|
|
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
TIM I
|
P
P
M
S
M
S
L
|
|
|
|
|
|
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
TIM II
|
P
P
M
S
M
S
X
|
|
|
|
|
|
|
|
Pagi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sore
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Malam
|
|
|
|
|
|
|
|
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang
menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap
pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan
juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan
pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan
dinas berikutnya. Contoh daftar pasien dapat dilihat pada tabel 7 dan dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Tabel 7
Daftar Pasien Ruangan....
No
|
Nama Pasien
|
Dokter
|
Perawat Primer /
Ketua tim
|
PA/PP
|
22-11-07
|
23-11-07
|
24-11-07
|
Pagi
|
Sore
|
Malam
|
|||||
1
2
3
4
5
6
7
|
TIM I
Sunaryo
Mira
Alice
Nia
Tono
Juju
|
Dr. Ari
Dr. Ari
Dr. Ria
Dr. Ari
Dr. Ria
Dr. Ria
|
Sri
Sri
Sri
Sri
Sri
Sri
|
Yuni
Tini
Yono
Uli
Franka
Nathan |
Yuni
Yuni*
Yono
Yono*
Sri*
Sri* |
Tini*
Tini
Uli*
Uli
Nathan*
Nathan
|
Franka*
Franka*
Franka*
Franka*
Franka
Franka*
|
|
TIM II
|
|
|
|
|
|
|
Menurut jadual dinas tanggal 22 November 2007,
dinas pagi Yuni, Yono & Sri, mereka akan merawat pasien yang dialokasikan
kepada mereka serta peasien yang perawatnya dinas sore atau malam. Contoh :
Yuni dinas pagi mempunyai pasien sendiri yaitu Sunaryo dan pasien tambahan
yaitu Mira (pasien perawat Tini). Yuni bertanggung jawab penuh terhadap
pasiennya sendiri (Sunaryo) dan bertanggung jawab untuk shift pagi terhadap
pasien Mira (pasien Suster Tini). Yono mempunyai pasien sendiri yaitu Alice dan
Yono bertanggung jawab juga selama shift paginya terhadap pasien Nia (pasien
suster Uli). Demikian juga dengan perawat yang lainnya, mereka bertanggung
jawab terhdap pasien yang dialokasikan pada mereka serta pasien yang perawatnya
dinas sore atau malam.
b. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem
klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan
klien :
1) Perawatan Total : klien memerlukan 7 jam perawatan langsung
per 24 jam
2) Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung
per 24 jam
3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga
kategori di atas adalah sebagai berikut :
1) Kategori
I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,
penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan
orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan
dan sederhana.
2) Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate
care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur
posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan
diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan
perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi,
fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ]. Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20
– 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping
obat atau reaksi alergi.
3) Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan
sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan
observasi terus menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat
ketergantungan :
1. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama
dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria
klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria)
3. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut
dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu
satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi
minimal, parsial dan total.
4. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil
klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.
Tabel 8
Klasifikasi Pasien berdasarkan Derajat Ketergantungan
Kriteria ketergantungan
|
Jumlah pasien perhari sesuai kriteria
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
dst
|
|
Perawatan minimal :
1. Kebersihan
diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan
minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi
dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda
vital dilakukan
setiap shift
5. Pengobatan
minimal, status psikologis
stabil
6. Pengobatan
prosedur memerlukan
pengobatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perawatan parsial :
1. Kebersihan
diri dibantu, makan dan minum
dibantu dilakukan sendiri
2. Observasi
tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi
dibantu, pengobatan lebih dari
sekali
4. Folley
kateter, intake ouput dicatat
5. Pasien
dengan pasang infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perawatan total :
1. Segalanya
diberi bantuan
2. Posisi yang
diatur, observasi tanda-tanda
vital setiap 2 jam
3. Makan
memerlukanNGT, inravena terapi
4. Pemakaian
suction
5. Gelisah/disorientasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah total pasien per hari
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam
Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada
tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut.
Tabel 9
Jumlah Tenaga Perawat yang
Dibutuhkan pada Suatu Ruang Rawat
JUMLAH PASIEN
|
KLASIFIKASI PASIEN
|
||||||||
MINIMAL
|
PARSIAL
|
TOTAL
|
|||||||
pagi
|
siang
|
malam
|
pagi
|
siang
|
malam
|
pagi
|
siang
|
malam
|
|
1
|
0.17
|
0.14
|
0.10
|
0.27
|
0.15
|
0.07
|
0.36
|
0.30
|
0.20
|
2
|
0.34
|
0.28
|
0.20
|
0.54
|
0.30
|
0.14
|
0.72
|
0.60
|
0.40
|
3
|
0.51
|
0.48
|
0.30
|
0.18
|
0.45
|
0.21
|
1.08
|
0.90
|
0.60
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari tabel diatas, dapat diambil contoh :
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien
dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan
perawatan total), maka jumlah perawat yang dibutuhkan:
a. Dinas pagi :
3 x
0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x
0,36 = 1,90
Jumlah 6,90 → 6 orang
b. Dinas siang
3 x
0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x
0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 → 4 orang
c. Dinas malam
3 x
0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 =
1,00
Jumlah 2,26 → 2 orang
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan
perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang.
Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung
jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah
perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan
sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan variasi pasien di ruang rawat
tersebut.
Kepala ruangan mengalokasikan setiap pasien baru pada tim tertentu dengan
mempertimbangkan beban kerja tim tersebut. Beban kerja dapat terkait dengan
jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
Tabel 10
Perkiraan Jumlah Kebutuhan
Perawat
Di ruang..........
Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Hari ke
|
Kualifikasi
|
Jumlah pasien
|
Jumlah kebutuhan perawat
|
Keterangan
|
||||
Min
|
Int
|
Total
|
Pagi
|
Sore
|
Malam
|
|||
1
|
12
|
9
|
6
|
27
|
6.63
|
4.83
|
3.30
|
|
2
|
14
|
8
|
3
|
25
|
5.62
|
3.06
|
2.56
|
|
3
|
11
|
9
|
5
|
25
|
6.05
|
4.39
|
2.73
|
|
4
|
9
|
11
|
7
|
27
|
7.02
|
5.01
|
3.07
|
|
5
|
12
|
12
|
8
|
30
|
7.44
|
5.28
|
3.24
|
|
6
|
13
|
6
|
11
|
30
|
7.90
|
6.02
|
3.92
|
|
7
|
11
|
7
|
11
|
29
|
7.70
|
5.89
|
3.79
|
|
8
|
8
|
10
|
11
|
29
|
8.02
|
5.92
|
3.70
|
|
9
|
9
|
9
|
11
|
29
|
7.92
|
5.91
|
3.73
|
|
10
|
12
|
7
|
9
|
28
|
7.17
|
5.88
|
3.49
|
|
11
|
13
|
7
|
8
|
28
|
6.98
|
5.27
|
3.39
|
|
12
|
13
|
7
|
7
|
27
|
6.62
|
4.97
|
3.19
|
|
13
|
14
|
4
|
6
|
24
|
5.62
|
4.36
|
2.88
|
|
14
|
9
|
10
|
8
|
27
|
7.11
|
5.16
|
3.10
|
|
15
|
12
|
8
|
9
|
29
|
7.44
|
5.58
|
3.56
|
|
16
|
16
|
6
|
7
|
29
|
6.68
|
5.84
|
3.42
|
|
17
|
13
|
9
|
6
|
28
|
6.80
|
4.97
|
3.06
|
|
18
|
15
|
9
|
6
|
30
|
7.40
|
5.25
|
3.30
|
|
19
|
12
|
8
|
9
|
29
|
7.40
|
5.58
|
3.56
|
|
20
|
9
|
6
|
14
|
29
|
8.19
|
6.36
|
4.12
|
|
21
|
8
|
9
|
10
|
27
|
7.39
|
5.47
|
3.43
|
|
22
|
9
|
12
|
7
|
28
|
7.29
|
5.16
|
3.14
|
|
Rata - rata
|
7.11
|
5.28
|
3.35
|
|
Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur
32 buah, diperlukan perawat sebagai berikut :
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari =
7.11 + 5.28
+ 3.35 =
15.74 → 16 orang
Libur/cuti = ± 5 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 16
+ 5 = 21
orang + kepala ruangan + 4 orang
perawat primer
= 26 orang
Uraian
tugas perawat MPKP
1)
Uraian tugas Kepala ruangan adalah
sebagai berikut:
a) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan
dan harian.
b)
Mengorganisir pembagian tim dan pasien
c)
Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
d)
Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada
di ruangannya,
e)
Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim
kesehatan yang lainnya,
f)
Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangannya, kemudian menindaklanjutinya,
g) Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit
kerja lainnya,
2) Uraian
tugas ketua tim/perawat primer:
a) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan
dan harian.
b) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan,
c) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
d) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan,
e) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan,
f) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya,
g) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
3) Uraian tugas perawat pelaksana:
a) Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi
tanggungjawabnya.
b) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan
pasien dan keluarganya
c) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
3. Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu
program motivasi, manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai
dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan
mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja
bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong
kuat untuk focus pada potensi masing-masing anggota.
MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan menimbulkan
konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk
itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi
semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala
subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim agar
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan
menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian
konflik dengan win-win solution.
Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting
dilakukan untuk memastikan pelayann dan asuhan keperawatan berjalan sesuai
standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan
mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang
mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau
keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan
demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan
sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan banti balutan,
maka katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar
kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat,
yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan
tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan
tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang
lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan
atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya
disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan,
penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan
lanjutan. Pelaksanaan pengawsan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan,
atau tahunan dengan focus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan
oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwa, dan
kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat,
kepala ruangan dan katim.
Kegiatan kepala ruangan yang perlu diawasi adalah
pelaksanaan berbagai kegiatan yang berjalan:
a. Manajemen
1) Perencanaan
Pelaksanaan
dan hasil dari rencana harian, mingguan dan rencana bulanan.
2) Pengorganisasian
Pelaksanaan : struktur organisasi, jadual dinas dan daftar pasien
3) Pengarahan
Pemberian motivasi kepada katim dan perawat
pelaksana. Penyelesaian konflik yang
terjadi dan pengawasan terhadap pekerjaan
katim dan pelaksana.
4) Pengendalian
Proses pengendalian mutu, hasil kerja
ruangan dan kinerja perawat ruangan.
b. Compensatory Reward
1) Program pengembangan perawat di dalam ruangan
( on the job training )
2) Pengembangan jenjang karir tekait
dengan persiapan uji kompetensi perawat
c. Profesional Relationship
Pelaksanaan operan, pendelegasian, konferensi
kasus, rapat rutin keperawatan dan tim kesehatan, serta koordinasi dengan
bidang terkait diluar ruang rawat.
d. Patient Care Delivery
Kemampuan
manajemen pemberian asuhan keperawatan yang bermutu. Ketersediaan standart
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, serta kemampuan menyelesaikan complaint pasien dan keluarga.
Kegiatan ketua tim yang perlu diawasi adalah
pelaksanaan berbagai kegiatan :
a. Pendekatan manajemen
1) Perencanaan
Pelaksanaan dan hasil rencana harian dan
bulanan untuk timnya
2) Pengorganisasian
Pengalokasian perawat setiap shift pada
daftar pasien. Pengisian daftar dinas yang
ajek.
3) Pengarahan
Pemberian
motivasi pada perawat pelaksana, penyelesaian konflik dalam tim,
pengawasan terhadap penyelesaian pekerjaan
perawat pelaksana
4) Pengendalian
Pengendalian
mutu asuhan keperawatan kepada pasien dan kinerja perawat
pelaksana.
b. Penghargaan Karir
1) Program pengembangan perawat
dalam tim (on the job trainning )
2) Program pencapaian kompetensi terkait
dengan persiapan uji kompetensi
c. Hubungan Profesional
Pelaksanaan pre-post conference, kolaborasi dengan dokter dan pendelegasian.
d. Sistem pemberian asuhan pasien
Kemampuan memberi asuhan keperawatan untuk
masalah keperawatan bagi pasien dan keluarga.
Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala
ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai
rencana bulanan. Contoh rencana supervisi terlihat pada tabel 11.
Tabel 11
Rencana Supervisi Perawat di
Ruangan............... Bulan ......................
No
|
Nama Perawat
|
Tanggal
|
Kasus / masalah keperawatan
|
1
|
Puji
|
23-11-2007
|
Nyeri ulu hati
|
2
|
Kusnida
|
24-11-2007
|
Hipertermi
|
2
|
Hasanah
|
24-11-2007
|
Devisit volume
cairan
|
|
Dst
|
|
|
Rencana tindak
lanjut :
|
4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu,
kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar)yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan
output adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi keperawatan.
Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja
bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses)
terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim
rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam
medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk
ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada
bulan yang bersangkutan untuk menganalisa
apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan
memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai
pencapaian kegiatan MPKP. Contoh survey masalah keperawatan terlihat pada tabel
12
Tabel 12
Survey Masalah Keperawatan di Ruangan …………
Bulan ……………
No
|
Nama Pasien
|
Keluhan utama / masalah keperawatan
|
SAK
|
|
Ada
|
Tidak
ada
|
|||
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
Jumlah pasien
baru pada bulan …………………… = orang
Masalah keperawatan yang muncul :
1. ……….
2. ……….
3. ……….
4. ……….
Masalah yang
sudah ada SAK =
...............
Masalah yang
tidak ada SAK =
...............
Rencana tindak lanjut :
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
|
B. PENGHARGAAN KARIR (COMPENSATORY
REWARDS)
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
paling banyak untuk melakukan praktek profesionalnya pada pasien di berbagai
tatanan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit serta memberikan
asuhan 24 jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien diperlukan sejumlah perawat
karena perawat senantiasa ada di antara pasien, berbeda dengan profesi
kesehatan lain yang memerlukan waktu sesaat dan tidak terus menerus
sehinggajumlah mereka tidak sebanyak perawat.Untuk itu, kemampuan perawat
melakukan praktek keperawatan professional perlu dipertahankan, dikembangkan
dan ditingkatkan melalui manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan
disesuaikan dengan perkembangan iptek keperawatan.
Rencana pembentukan ruang MPKP Rumkitpolpus RS, sejak
awal pembukaan dilakukan langkah-langkah manajemen SDM perawat yaitu orientasi,
pelatihan dan pengembangan SDM.Pembentukan ruang MPKP dilakukan secara bertahap
sampai seluruh ruangan menggunakan pendekatan MPKP. Pada tahap awal dapat diplih 3 (tiga) ruangan
sebagai pilot project.
Untuk MPKP
pemula, diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang pendidikan minimal
DIII Keperawatan serta seluruh perawat pelaksana minimal DIII.
1. Orientasi kerja
Semua perawat yang bekerja di ruang MPKP harus melalui
masa orientasi berupa pemberian informasi tentang budaya kerja MPKP dan
orientasi di ruang rawat MPKP. Selama
masa orientasi dievaluasi kinerja dalam melaksanakan budaya kerja MPKP.
2. Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan (PKB)
Pendidikan keperawatan berkelanjutan dapat berupa
pendidikan formal yaitu peningkatan pendidikan dari SPK ke DIII keperawatan,
DIII Keperawatan ke S1 Ners Keperawatan, atau S1 Ners ke S2 Keperawatan dan
seterusnya. Selain itu dapat dilakukan pendidikan informal secara on the job training yaita
pelatihan/bimbingan secara terus menerus sambil bekerja, misal perawat
pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan katim, dapat meningkatkan
kemampuan manajenal katim dengan bimbingan kepala ruangan. Out the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan dalam
kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4 hari atau lebih. Perawat harus meninggalkan pekerjaannya
sementara. Pelatihan yang diikuti akan dirancang sesuai dengan pengembangan
kemampuan yang terkait.
3. Pengembangan
Jenjang Karir Perawat
Pengembangan
jenjang karir adalah pengembangan peran dan tanggung jawab. Seorang perawat
yang telah sukses di ruang MPKP merupakan asset keperawatan untuk pengembangan
MPKP di ruang rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan
sebagai narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP.
Demikian juga perawat asosiet dapat berkembang menjadi perawat primer dan
perawat primer menjadi karu.
Jenjang karir yang dikembangkan oleh PPNI dan
Direktorat Keperawatan Depkes RI sebagai berikut:
a. Perawat
lulusan DIII Keperawatan hanya dapat berkembang menjadi jenjang perawat klinis2
(PK 2) dan perawat manajer (PM 1).
b. Perawat lulusan Ners-Sanjana Keperawatan
hanya dapat berkembang sampai jenjang perawat klinis 3 (PK 3), Perawat Manajen
2 (PM 2) dan Perawat Pendidik 1 (PP 1).
c. Perawat lulusan S2/Magisten Keperawatan dapat
berkembang sampai jenjang PK 5, PM 5, PP 4 dan Perawat Riset 3 (PR 3).
d. Penawat lulusan S3 Keperawatan/Kesehatan
dapatberkembang~sampajjenjang PK5, PM5, PP5, PR5 dengan syarat pendidikan
sebelumi a~4daiΓ£h bidang keperawatan.
C. HUBUNGAN PROFESIONAL (PROFESSIONAL
RELATIONSHIP)
Hubungan pnofesional antara anggota tim
keperawatan dan profesi dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang
MPKP. Untuk itu direncanakan kegiatan yang akan memberi kesempatan bagi tenaga
kesehatan berbagi pendapat dan pengalaman, baik dalam pelayanan maupun asuhan
pada pasien dan keluarga.
Prinsip pelayanan prima dimana kebutuhan dan kepuasan pelanggan baik
internal (seluruh tenaga kesehatan) dan eksternal (klien, keluarga dan calon
pasien) perlu dipenuhi dengan menyediakan pelayanan dan asuhan yang
berkualitas, aman dan dapat dipertanggungjawabkan Maka seluruh tenaga
profesional berupaya mewujudkannya
Interaksi antara profesi diselenggarakan berupa:
1. Hubungan
profesional antar perawat
a. Operan, yaitu komunikasi dan
serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari malam ke pagi dan
dari pagi ke sore dipimpin oleh katim, sedangkan openan dan sore ke malam
dipimpin oleh penanggungjawab shift sore.
Isi operan:
1) Dibuka
oleh koordinator
2) Meminta
penanggung jawab masing-masing tim mengoperkan pada tim benkutnya.
2.1. PJ
tim pagi melaporkan asuhan keperawatan pasien pagi dan tindak lanjut sore dan
malam
2.2. PJ
tim sore melaporkan asuhan keperawatan pasien pagi dan sore serta tindak lanjut
malam
2.3. PJ
tim malam melaporkan asuhan keperawatan pasien sore dan malam serta tindak
lanjut pagi
3) Tim
pagi melakukan klarifikasi
4) Doa
bersama
5) Keliling
melihat pasien : validasi kondisi dan jumlah
b. Konfenensi
awal (pre conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh katim. Jika yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana
dan katim atau PJ tim. Pre conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.
c. Konferensi
akhir (post conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
d. Studi
kasus dapat dilakukan pada tingkat tim atau ruangan pada kasus pasien baru, pasien
yang tidak berkembang, pasien yang meninggal, pasien dengan masalah yang jarang
ditemukan.
e. Rapat
keperawatan dapat dilakukan satu bulan sekali untuk mengevaluasi hasil kerja
secara keseluruhan membagi informasi, peraturan/perkembangan IPTEK yang
dipimpin oleh katim.
f. Pendelegasian
tugas yang jelas diberikan kepada perawat yang mempunyai kemampuan untuk
melakukannya. Kepala ruangan dapat mendelegasikan tugas kepada katim, demikian
pula katim dapat mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
2. Hubungan profesional antara
perawat dan dokter
a. Kolaborasi antara katim dan dokter
Katim bertanggungjawab berkolaborasi dengan dokter yang merawat pasien yang
ada di timnya. Jika katim tidak dinas/tidak di tempat, maka ia harus mendelegasikan
kolaborasi dengan dokter kepda perawat yang merawat pasien yang bersangkutan.
Sesuai dengan pengorganisasian perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi
dapat berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tertentu.
Hubugan kemitraan dapat ditumbuhkan sehingga iklim kerja yang saling menghargai
dapat tencipta.
b. Instruksi
dokter melalui telpon dibuatkan pedomannya. Misalnya perlu ada saksi penerima
telpon dan 1x24 jam kemudian dokter harus mengganti instruksi lisan
menjadi
instruksi tertulis. - \
c. Studi kasus multidisiplin, yaitu membahas
kasus bersama-sama tim terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas bersama
tindakan dan berbagai pihak untuk kepentingan pasien. Hal ini perlu agar
terlaksana asuhan terpadu dan holistik.
d. Rapat ruang rawat, bersama seluruh petugas
kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut untuk membahas hasil total pelayanan
kesehatan ruang rawat.
D. SISTEM
PEMBERIAN ASUHAN PASIEN (PATIENT CARE DELIVERY SYSTEM)
Sistem
pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan
untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
1. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan terkait erat dengan metode penugasan perawat.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Formulir pengkajian disediakan sama dengan yang digunakan pada
ruang rawat lain di RS. Perawat primer/katim bertanggung jawab melakukan
pengkajian dan menetapkan masalah dan diagnosa keperawatan.
Kemampuan pengkajian, penetapan masalah, dan
tindakan yang tepat merupakan kemampuan intelektual. Implementasi tindakan
keperawatan akan dilakukan oleh perawat pelaksana yang ditetapkan sesuai dengan
daftar pasien. Pendokumentasian juga
dilakukan oleh yang melakukan tindakan. Kemampuan melaksanakan tindakan
keperawatan merupakan kemampuan yang harus dilatih agar mencapai tujuan sesuai
dengan masalah keperawatan yang dialami pasien. Kemampuan ini harus disupervisi dan didokumentasikan oleh katim
dalam rangka penilaian kinerjanya.
2. Pendidikan kesehatan bagi
keluarga pasien
Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket asuhan
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dan asuhan keperawatan pada pasien.
Sejak keluarga mengantarkan pasien untuk dirawat di rumah sakit dan keluarga
setuju dirawat di ruang MPKP maka keluarga merupakan bagian dan sistem pemberian
asuhan keperawatan pasien.
Program pendidikan kesehatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh
pasien. Perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakitmasalah yang
dialami, tanda dan gejalanya, tindakan yang dapat keluarga lakukan dan follow up yang perlu dilakukan di rumah.
V. PENUTUP
Nilai-nilai profesional yang meliputi pendekatan
manajemen, kompensasi dan penghargaan, hubungan pnofesional, dan pemberian
asuhan keperawatan perlu diterapkan di ruang MPKP agar kriteria profesional
dapat dipenuhi. Dengan penenapan nilai-nilai tersebut diharapkan kualitas
pelayanan keperawatan tidak saja dapat memenuhi kaidah keilmuan (sesuai konsep
dan teori keperawatan) tetapi diharapkan juga memberi kepuasan kepada pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan yang memberi palayanan. Pihak-pihak yang
terlibat dalam ruang MPKP harus mempunyai kemampuan, kemauan, dan komitmen
sehingga nuang MIPKP dapat terwujud.
\
DAFTAR RUJUKAN
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber
daya inanusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit
Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional
di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan
UNIVERSITAS INDONESIA
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Oleh :
Dumauli
0606026755
Disajikan pada Pelatihan
Pengembangan Awal MPKP
Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat
R.S. Sukanto
Tanggal
22,23,28,29 November 2007
UNIVERSITAS INDONESIA
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Oleh :
Uly Agustine
0606037166
Disajikan
pada Pelatihan Pengembangan Awal MPKP
Di
Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S. Sukanto
Tanggal
22,23,28,29 November 2007